Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Tarumanagara Medical Journal

Perbandingan kadar glutation (GSH) pada kasus akne vulgaris derajat ringan: Kajian terhadap premenstrual acne flare Annisaa Nurrahma Ardyati; Linda Julianti Wijayadi; Frans Ferdinal; David Limanan; Eny Yulianti
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 1 (2018): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v1i1.2508

Abstract

Akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan menahun pada folikel pilosebasea yang dihasilkan oleh androgen yang menginduksi peningkatan produksi sebum, perubahan keratinisasi, inflamasi, dan kolonisasi bakterial pada wajah, leher, dada dan punggung oleh Propionibacterium acnes. Premenstrual Acne Flare adalah perburukan keluhan AV atau ditemukannya kenaikan jumlah petanda AV seminggu sebelum menstruasi. ROS menyebabkan terjadinya proses inflamasi yang menginduksi iritasi kulit. Ketika produksi ROS melampaui kapasitas antioksidan dalam menetralisirnya, terjadilah kondisi yang disebut stres oksidatif. Glutation (GSH) merupakan antioksidan yang berperan berperan penting secara biologis untuk melindungi organisme dari kerusakan oksidatif oleh ROS. Rasio GSH adalah penentu utama dalam stress oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kadar GSH dalam kaitannya terhadap premenstrual acne flare. Subjek penelitian (SP) berusia 18-21 tahun dibagi menjadi 2 kelompok (n=8/kelompok): kelompok AV derajat ringan dengan dan tanpa premenstrual acne flare. Pengukuran kadar GSH darah dengan menggunakan metode Ellman pada hari ke-1 dan hari ke-21 siklus menstruasi. Penelitian menunjukkan terjadinya penurunan kadar GSH darah pada hari ke-21 siklus menstruasi. Terjadi perbedaan bermakna (p<0,05) SP pada hari ke-1 siklus menstruasi dengan premenstrual acne flare lebih rendah daripada SP tanpa premenstrual acne flare. Serta terdapat hubungan yang tidak signifikan (R2 = >0 - 0.25 dan p>0.05) antara kadar GSH darah pada SP tanpa dan dengan premenstrual acne flare pada hari ke-1 dan hari ke-21 siklus menstruasi. Dapat disimpulkan bahwa GSH masih mampu melawan prooksidan yang ada, namun pada hari ke-21 siklus menstruasi kapasitas GSH telah terlampaui sehingga kondisi yang disebut stress oksidatif.
Efek perlindungan ekstrak buah maja (Aegle marmelos) pada paru tikus Sprague dawley terhadap stres oksidatif yang diinduksi hipoksia sistemik kronik David Limanan; Natasha Olivia Christian; Erics Efrany; Clareta Vero Patricia Widya; Ngestinuari Salim; Jessica Geselda Salim; Rizky Putri Agustina; Eny Yulianti; Frans Ferdinal
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 2 (2019): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v1i2.3822

Abstract

Paru-paru merupakan organ yang terpapar dengan berbagai macam zat yang dapat berpotensi memicu oksidan berlebihan dan menyebabkan stres oksidatif yang berujung timbulnya berbagai macam kelainan paru. Salah satu marker yang umum diperiksa bila terjadi oksidan berlebihan adalah malondialdehid (MDA). Untuk mengatasi oksidan yang berlebihan tubuh memiliki sistem antioksidan seperti GSH dan enzim katalase. Untuk membantu kerja antioksidan endogen, dapat diberikan antioksidan dari luar, seperti tanaman maja yang kaya akan fenolik dan falvonoid yang diketahui memiliki kemampuan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan memahami potensi buah maja sebagai antioksidan dengan model hewan coba yang diinduksi hipoksia sistemik sebagai sumber ROS. Penelitian ini merupakan eksperimental in vivo, menggunakan hewan percobaan tikus Sprague Dawley jantan yang dibagi dalam 8 kelompok (n=4), dan dibagi menjadi 2 group (dicekok ekstrak etanol buah maja (400mg/KgBB/hr, 14 hari) dan tidak dicekok). Tiap group dibagi menjadi 4 sub group (normoksia, hipoksia (O2 8%, N2 92%) selama 3, 7 dan 14 hari). Pada akhir masa percobaan, darah hewan coba diperiksa kadar malondialdehid (metode Wills ED), kadar glutation (metode Ellman), dan aktivitas spesifik katalase (metodde Mates). Hasil penelitian menunjukan terjadinya peningkatan kadar MDA dan penurunan kadar GSH serta aktivitas spesifik katalasse pada kelompok hipoksia bila dibandandingkan normoksia. Akan tetapi peningkatan MDA lebih rendah pada kelompok yang dicekok ekstrak buah maja bila dibandingkan yang tidak dicekok. Hal serupa terlihat pada GSH dan aktivitas spesifik katalase dimana kadarnya lebih tinggi pada kelompok yang dicekok ekstrak buah maja. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak buah maja memiliki kemampuan antioksidan.
Perbandingan kadar malondialdehid pada kasus akne vulgaris derajat ringan: Kajian terhadap premenstrual acne flare Karinnia Karinnia; Linda Julianti Wijayadi; Frans Ferdinal; David Limanan
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 2 (2019): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v1i2.3835

Abstract

Akne Vulgaris (AV) adalah suatu kelainan multifaktorial pada unit pilosebaseus, ditandai dengan komedo; papul; pustula; kista; dan nodul. Akne vulgaris diklasifikasikan menjadi derajat ringan, sedang, dan berat berdasarkan jumlah dan jenis lesinya. Stres oksidatif (SO) berperan dalam patogenesis AV dan kadarnya meningkat sesuai derajat keparahan AV. Malondialdehid (MDA) yaitu hasil proses degenerasi lemak tak jenuh ganda merupakan petanda SO yang paling sering digunakan. Selama 2/3 siklus menstruasi yaitu pada hari ke-9 sampai hari ke-24, wanita mengalami SO. Hal ini mungkin berkaitan dengan premenstrual acne flare yang paling sering terjadi saat seminggu sebelum menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kadar MDA yang dikaitkan dengan ada tidaknya premenstrual acne flare. Subjek penelitian berusia antara 18-21 tahun dan memiliki AV derajat ringan, dibagi menjadi dua kelompok (n=12/kelompok): kelompok dengan dan tanpa premenstrual acne. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran kadar MDA menggunakan metode Wills ED pada hari ke-1 dan hari ke-21 siklus menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan kadar MDA pada kelompok dengan premenstrual acne flare lebih tinggi daripada kelompok tanpa premenstrual acne flare meskipun tidak bermakna secara statistik. Terdapat hubungan yang signifikan (R2= 0,4161 dan p<0,05) serta hubungan yang tidak signifikan (R2= 0,3065 dan p>0,05) antara kedua kelompok berturut-turut pada hari ke-1 serta hari ke-21 siklus menstruasi. Hal ini menandakan terdapat faktor yang sama yang dapat mempengaruhi kadar MDA pada kedua kelompok subyek penelitian.
Pengaruh hipoksia sistemik kronik terhadap aktivitas spesifik enzim katalase pada darah dan paru tikus Sprague dawley setelah diberi daun ara Ferdian Ferdian; David Limanan; Frans Ferdinal; Eny Yulianti
Tarumanagara Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2020): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v3i1.9726

Abstract

Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen yang dapat menyebabkan stres oksidatif apabila terjadi ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan. Dalam menyeimbangkan hipoksia, tubuh membutuhkan antioksidan yaitu katalase sebagai antioksidan endogen dan daun ara sebagai antioksidan eksogen. Studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh hipoksia sistemik kronik terhadap aktivitas spesifik katalase darah dan organ paru tikus setelah diberi daun ara.  Studi ini merupakan studi eksperimental in vitro terhadap aktivitas spesifik katalase tikus yang dihipoksia sistemik kronik setelah pemberian ekstrak daun ara. Ekstrak daun ara didapatkan dengan metode maserasi dengan pelarut etanol. Tikus Sprague dawley dibagi menjadi 8 kelompok dengan setiap kelompok berisi 4 ekor tikus yang dibagi menjadi 2 kelompok dosis ekstrak daun ara yaitu dosis kental (300 mg/KgBB/hari) dan dosis encer (150 mg/KgBB/hari). Tiap kelompok dosis dibagi lagi menjadi kelompok tidak dihipoksia, kelompok hipoksia (8%O2, 96% N2) 1, 3 dan 7 hari. Aktivitas spesifik katalase diukur dengan metode Mates. Hasil studi ini didapatkan peningkatan aktivitas spesifik katalase paru dan darah pada hari pertama yang disebabkan oleh hipoksia dan penurunan aktivitas spesifik katalase setelah diberikan ekstrak daun ara. Terdapat korelasi antara aktivitas spesifik katalase paru dan darah pada kelompok kental, namun tidak pada kelompok encer. Studi ini menyimpulkan bahwa hipoksia akan menyebabkan stres oksidatif, yang akan direduksi oleh antioksidan endogen maupun eksogen.
Uji fitokimia, kapasitas total antioksidan dan toksisitas ekstrak etanol ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam.) Audina Leonita; Frans Ferdinal; David Limanan; Eny Yulianti
Tarumanagara Medical Journal Vol. 5 No. 1 (2023): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v5i1.22558

Abstract

Antioksidan merupakan molekul yang cukup stabil untuk mendonasikan elektronnya ke radikal bebas dan menetralisirkannya, dengan demikian mengurangi kerusakan yang disebabkannya. Salah satu sumber makanan yang mengandung antioksidan adalah ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan fitokimia, kapasitas total antioksidan dan toksisitas terhadap larva udang Artemia Salina dari ekstrak ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) Penelitian dilakukan berdasarkan studi eksperimental laboratorium dengan bioassay. Sampel penelitian yang digunakan adalah ubi jalar, yang akan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol. Hasil ekstraksi dilakukan uji fitokimia, uji kapasitas total antioksidan dengan DPPH, dan uji sitotoksisitas dengan BSLT. Hasil uji fitokimia, didapatkan hasil positif untuk alkaloid, betasianin, cardio glikosida, kumarin, flavonoid, fenolik, kuinon, saponin, steroid, terpenoid, dan tannin. Uji kapasitas total antioksidan ekstrak ubi jalar didapatkan IC50 sebesar 585,46 µg/mL dan tergolong antioksidan lemah. Hasil uji toksisitas terhadap larva udang Artemia Salina didapatkan LC50 sebesar 368,69 µg/mL.
Identifikasi fitokimia dan kapasitas total antioksidan daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) serta uji toksisitasnya terhadap larva Artemia salina Leach Gita Manerlin Kasihita Simatupang; David Limanan; Frans Ferdinal; Eny Yulianti
Tarumanagara Medical Journal Vol. 5 No. 1 (2023): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v5i1.24383

Abstract

Tanaman mimba atau Azadirachta indica A. Juss termasuk dalam family Meliaceae yang sejak zaman kuno sudah digunakan sebagai obat tradisional untuk berbagai penyakit manusia dalam rumah tangga. Tanaman ini juga dikenal akan kandungan antioksidannya. Ketidakseimbangan antioksidan dan oksidan dapat menyebabkan kematian sel sehingga terjadi penurunan enzim katalase yang menjadikan stress oksidatif. Oleh sebab itu, dibutuhkan daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) sebagai antioksidan eksogen. Studi ini untuk mengetahui peranan daun mimba dengan melakukan uji fitokimia, kapasitas antioksidan dan uji toksisitas. Pada studi ini, daun mimba dikeringkan lalu dijadikan bubuk, kemudian diekstraksi menggunakan metanol dengan menggunakan metode maserasi untuk didapatkan simplisia-metanol. Hasil studi pada uji fitokimia didapatkan daun mimba mengandung alkaloid, antosianin, betasianin, kardioglikosida, kumarin, flavonoid, glikosida, fenolik, kuinon, saponin, steroid, terpenoid dan tannin. Uji kapasitas antioksidan didapati IC50 = 97,241 µg/mL. Uji toksisitas didapatkan LC50 = 123,596 µg/mL. Daun mimba memiliki efek antioksidan kuat dan sitotoksisitas terhadap larva Artemia salina Leach. Daun mimba dapat dijadikan kandidat obat anti kanker.